Senin, 29 Agustus 2016

Seorang Introvert dan Perbedaan di Luar Sana Bagian 2


Sudah berlalu dua minggu sejak terakhir aku menulis catatan di sini. Setelah aku melihat lagi beberapa catatanku, ternyata aku sudah membuat catatan yang cukup banyak sejak aku membuat blog ini hampir setengah tahun yang lalu. Bagiku ini adalah sebuah pencapaian besar ketika aku bisa konsisten menulis, kemudian mengunggahnya di internet, dimana kesempatan agar catatanku dibaca banyak orang lebih memotivasiku untuk terus membuat catatan.

Awalnya, aku cenderung tertarik untuk menulis kisah-kisah fiksi dimana hampir 90%-nya adalah fiksi bergenre romansa. Kisah-kisah itu kemudian kuunggah dalam akun wattpad-ku. Namun hingga saat ini catatan-catatan itu tak memiliki kemajuan. Rupanya suasana hati yang mudah bosan belum sepenuhnya hilang dari dalam diriku. Itu sebabnya aku berpikir bahwa menulis catatan-catatan random dengan topik yang berubah-ubah dan sesuai suasana hati semacam ini barangkali lebih cocok untuk kutekuni.

Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa aku akan menyelesaikan semua kisah-kisah fiksi yang masih berupa draft yang terabaikan. Aku merasa memiliki tanggung jawab untuk menuntaskannya. Jadi, untuk kalian yang sempat membaca kisah-kisah fiksi karangan Warapam di Wattpad barangkali bisa sedikit memaklumiku. Hahaha…

Oke. Kali ini, sesuai judulnya, aku ingin membahas tentang pengalamanku tinggal dengan seorang teman yang memiliki banyak perbedaan denganku, khususnya dari segi etnis dan religi.

Aku pernah menyebutkan di catatanku yang lama tentang perbedaan di luar sana dimana aku cukup tertarik dengan budaya-budaya di luar sana yang berbeda dengan budayaku sendiri. Kali ini, di saat aku memasuki hari-hari menjadi seorang mahasiswa, rupanya kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang multietnis terbuka begitu saja.

Secara garis besar catatan ini akan berisi tentang beberapa hal yang berkaitan dengan temanku yang berbeda etnis denganku. Bukan bermaksud untuk rasis, tapi justru sebaliknya, hal ini membuatku senang. Karena aku menemukan hal-hal baru dan aku merasa bahwa aku tinggal di sebuah dunia yang besar, dengan ragam penduduk dan etnis yang besar dan unik pula, dan aku terdorong untuk mengetahuinya satu demi satu.

Tapi mungkin aku akan menggunakan nama samaran di dalam catatan ini karena aku secara resmi tidak meminta izin darinya untuk menuliskan beberapa hal tentangnya di sini. Lagipula … mungkin ia tidak akan setuju karena sebenarnya ia orang yang agak tertutup. Meski sebenarnya ketika aku sudah mengenalnya dengan begitu baik ia tidak benar-benar setertutup ‘itu’.

Jadi, temanku ini bernama (sebut saja) April. Dia berasal dari sebuah daerah di Manggarai Timur, Flores. Awal aku mengenalnya aku sudah begitu excited karena … siapa pula yang tidak excited bertemu dengan teman baru dari daerah yang berbeda? Selain itu, aku seperti biasa selalu dipenuhi rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan budayanya serta kehidupan masyarakat tempatnya tinggal. Sebenarnya, bukan cuma aku saja yang ingin tahu tentang hal tersebut. Beberapa temanku juga merasa ingin tahu, dan April akan dengan senang hati menjelaskan.

Satu hal yang aku kagumi dari dia adalah meski dia berasal dari daerah yang secara kultur berbeda dengan aku dan teman-temanku, serta memiliki jarak tempuh yang cukup jauh, dia begitu bangga dengan daerah dan budayanya. Kami, bisa dibilang hampir tiap malam, berbicara mengenai beberapa hal mengenai daerahnya. Dan ia dengan dipenuhi semangat akan dengan senang hati mengisahkan beberapa hal mengenai daerah tempat tinggalnya. Sesekali kami akan tertawa bersama ketika saling berbincang.

Secara fisik, April memang berbeda denganku. Tentu saja karena secara etnis kami berbeda. Dan baik aku maupun dia cukup nyaman dengan perbedaan ini.

Secara kultur kami juga memiliki perbedaan dan kisahnya sendiri-sendiri. Banyak hal yang aku tahu mengenai lingkungan tempatnya berasal dari kisahnya sendiri. Bagaimana karakter orang-orang di kampungnya, bagaimana hidup masyarakat di sana, bagaimana mata pencahariannya, dan keunikan-keunikan lain yang belum pernah kubayangkan.

Semakin ia sering bercerita mengenai kampungnya, mengenai keluarga, dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, semakin aku ingin mengunjungi daerah tempatnya tinggal. Semakin ia bercerita banyak hal denganku mengenai tradisi, kehidupan sosial, dan budaya daerahnya membuatku semakin ingin tahu.

April menunjukkan karakter masyarakat dari daerahnya dengan cara yang unik dan menyenangkan. Seperti yang kita ketahui bahwa karakter orang-orang dari Indonesia bagian timur mayoritas adalah orang yang tegas. Hal ini terlihat tentang bagaimana guru-guru dan orang tua di daerah tempat tinggal April juga memiliki karakter tegas.

Di sisi lain, April juga menunjukkan bagaimana kehidupan bermasyarakat di kampungnya terasa begitu menarik ketika ia bercerita bagaimana ketika ia pulang kampung setelah satu tahun menghabiskan waktunya sebagai mahasiswa di Jawa. April bercerita bahwa untuk sampai ke kampungnya ia harus menaiki minibus selama sekitar 8 jam dari bandara di Labuan Bajo. Itupun minibusnya hanya bisa mengantarnya sampai ke gerbang kampung. Untuk sampai ke tempat tinggalnya ia masih harus berjalan kaki beberapa menit. Satu hal yang sangat unik adalah ketika ia bercerita bahwa ketika ia pulang, tetangga-tetangganya satu kampung akan menjemputnya dan membawakan beberapa tas dan kopernya. Rasa kekeluargaan dan kehangatan bisa begitu jelas kubayangkan.

Dari kisah-kisah April aku selalu membayangkan bahwa lingkungan tempatnya tinggal pasti menyenangkan. Dengan orang-orang di sekitarnya yang masih memegang teguh kekeluargaan, orang-orang yang ramah, dan masih saling membantu sama lain.

Tinggal dengan April selama satu tahun di atap yang sama, tidur di tempat yang sama, serta berbagi banyak hal membuatku cukup nyaman. Selain perbedaan etnis, kami juga berbeda secara religi. Aku seorang muslim, dan ia Katolik. Sebagai sama-sama anak rantau yang jauh dari rumah masing-masing, kami cukup sering saling mengingatkan untuk melakukan ibadah. Kami juga cukup menghormati satu sama lain. Dan tiap malam ketika akan beranjak tidur, ketika aku sedang melakukan sembahyang Sholat Isya’ menghadap ke barat, ia melakukan sembahyang tepat di sampingku menghadap ke timur. Ia juga cukup sering bertanya, “Kamu nggak sholat?” dan pertanyaan itu secara tidak langsung telah mengingatkanku untuk tidak lupa melakukan ibadah.

Barangkali kesamaan di antara kami adalah rasa ingin tahu antara satu sama lain. Kami cukup sering membicarakan banyak hal terkait budaya, tradisi, dan mungkin agama antara satu sama lain. Dan sejauh yang kami tahu kami cukup menikmatinya. Bukan untuk mencari mana yang lebih baik, tapi untuk merasakan bahwa perbedaan di dunia ini banyak dan perbedaan itu rupanya membuat kami saling menghargai satu sama lain. Begitulah pertemanan kami berlangsung hingga saat ini.

Karena kami sama-sama mengambil jurusan sejarah di kelas yang sama, kami tentunya belajar banyak hal di lingkup sejarah. Aku merasa bahwa belajar sejarah benar-benar membuat kita bisa melihat banyak aspek dari dimensi waktu dan tempat yang berbeda-beda. Belajar sejarah membuat perbedaan kami seolah-olah terdobrak. Sebagai seorang beretnis Jawa yang belajar sejarah, aku melihat banyak sekali budaya-budaya dan etnis-etnis yang menarik untuk dipelajari. Aku tertarik untuk mempelajari segala budaya yang ada di Indonesia dan dunia. Sebagai seorang Muslim yang belajar sejarah, aku juga paham bagaimana perkembangan agama-agama lain baik di Indonesia dan dunia, entah itu kepercayaan animisme-dinamisme dan agama-agama lain.

Barangkali rasa ingin tahu April mengenai perbedaan di dunia ini bisa sama besarnya denganku. Ketika aku banyak mendapat informasi darinya, ia tak kalah ingin tahu juga. Aku dan temanku pernah membantunya belajar Bahasa Jawa dan ia cukup antusias. Dan beberapa kali ia banyak bertanya tentang tradisi, budaya, dan agamaku. Sama dengannya yang selalu antusias untuk menjelaskan, akupun juga selalu antusias. Kami sama-sama antusias untuk mendapat informasi-informasi baru.

Satu hal yang membuatku cukup tersentuh adalah ketika ia mengambil Sejarah Islam sebagai mata kuliah pilihannya semester ini. Aku yakin ia tidak sedang melakukan perbandingan dengan agamanya sendiri. Semata-mata adalah karena rasa ingin tahunya dan itu ditunjukkan bagaimana ia dengan gigih memahami mata kuliah ini.

Berteman dengan April tidak hanya membuatku lebih menghargai perbedaan. Tetapi juga membuatku terdorong untuk memahami lebih banyak lagi perbedaan. Mendapat informasi-informasi yang baru. Mengeksplor banyak daerah untuk bertemu orang-orang baru, memahami tradisi dan budaya baru, serta belajar bahasa baru. Aku tidak melihat bagaimana perbedaan kami kelak akan menjauhkan kami. Aku justru melihat bahwa perbedaan kami tidak akan menimbulkan masalah apapun karena kami cukup menghargai satu sama lain. Dan menghargai satu sama lain adalah kunci utama untuk tinggal di dunia yang penuh aneka ragam hal dari berbagai aspek. Karena bagaimanapun juga aku sadar bahwa aku tinggal di dunia yang begitu besar dimana aku hanyalah setitik noktah yang tidak sengaja berada di dalamnya.

1 komentar:

  1. Caesars Completes $100M Expansion of Casino
    It 경산 출장샵 is an updated 순천 출장마사지 partnership with Caesars Entertainment (“Caesars") that will 여주 출장마사지 bring its online 오산 출장안마 casino offerings to the 성남 출장안마 public by

    BalasHapus