Rabu, 19 Oktober 2016

Teman

Deadline!

Setelah berminggu-minggu aku tidak memposting apapun di blog ini, aku berniat untuk menuliskan sesuatu mengenai topik yang lebih menyenangkan dan baru. Tapi, aku tak memiliki topik apapun selain deretan deadline tugas di belakangku yang makin hari terasa makin dekat.

Aku sedang tenggelam dalam tugas-tugas perkuliahan. Dan untuk mengisi blog ini dengan topik yang baru aku akan mengingat-ingat sejenak kejadian yang menarik yang bisa kutuliskan di sini.

Oh, benar. Aku akan bercerita mengenai teman.

Sebelumnya aku ingin menyebutkan tiga orang teman yang akhir-akhir ini cukup dekat denganku dan sering menghabiskan waktu bersama.

Jadi, sebenarnya aku sudah bertemu dengan mereka sejak awal masuk kelas ketika masih mahasiswa baru dulu di tahun 2014. Itu adalah saat-saat dimana aku dan semua orang di kelas masih bertampang polos, masih sering ribut hanya karena ada tambahan satu tugas (sekarang masih sering ribut juga, sih, perkara tugas), masih pada takut bolos dan datang terlambat ke kelas, dan masih ... pokoknya masih jadi mahasiswa yang lebih tertib dan takut deadline, lah.

Sekarang? Nggak begitu juga, sih. Sudah mahasiswa tua juga soalnya. Dikejar deadline sudah jadi makanan sehari-hari.

Aku masih ingat betul di hari pertama aku masuk kelas, waktu itu hari Senin dan mata kuliah pertama dalah Dasar-dasar Arkeologi, dan aku duduk di baris pertama paling pinggir. Di belakangku, duduk di sebuah kursi di dekat tembok, ada seorang perempuan yang pendiam. Dia diam saja di situ. Sibuk dengan ponselnya. Rambut panjangnya tergerai. Aku menoleh-noleh sejenak ke arah lain dan mendapati rata-rata orang di dalam kelas ini memang saling diam karena, well, we're new students in there without knowing each other before.

Awalnya aku ragu, tetapi kemudian aku mengulurkan tangan untuk mengajak perempuan di belakangku bersalaman. Kusebutkan namaku dan ia menyebutkan namanya. "Putri," katanya perlahan. Dan barangkali karena malu ia melanjutkan kesibukannya lagi. Aku dicuekin.

Wait a secon. Ini kenapa ceritanya seperti aku yang sedang melakukan PDKT?

Whatever-lah. Lanjut.

Nah, itu awalnya aku kenal dengan Putri. Salah satu teman dekatku saat ini.

Ada dua orang lagi yang aku bahkan tidak ingat kapan  dan bagaimana aku pertama kali kenal dengan mereka. Namanya Dhita dan Tita. Dan mereka tidak kembar. Terlalu jauh kemiripan antara keduanya untuk disebut kembar.

Ketiga orang ini, seingatku menjadi teman dekat sejak .......

Tunggu dulu biar kuingat-ingat.

(Ya, Tuhan. Cuaca di sini panas sekali!)

Oh, kalau tidak salah sejak semester tiga atau semester empat awal yang lalu. Awalnya aku tidak tahu apa yang menyebabkan aku menjadi akrab dengan mereka. Karena sebenarnya aku juga akrab dengan semua teman di kelasku. Meski aku cenderung menutup diri di awal-awal semester yang lalu karena aku memang butuh waktu lebih lama untuk membuka diri. Kemudian aku menyadari bahwa faktor yang mendorong kami bisa lebih akrab adalah adanya kesediaan dari masing-masing kami semua untuk memahami satu sama lain, mendengarkan keluh kesah masing-masing, memberikan solusi atau nasehat yang dibutuhkan, dan saling membantu satu sama lain.

Kurasa, memang seperti itulah seharusnya teman itu.

Sebenarnya tidak hanya dengan mereka bertiga saja. Tetapi juga dengan semua orang di kelas, aku mencoba akrab dan berteman dengan semuanya. Namun, memang keakraban dengan seseorang itu didorong oleh beberapa hal. Beberapa di antaranya yang paling jelas adalah faktor kenyamanan dan persamaan prinsip. Bukan berarti aku tidak nyaman dengan teman-temanku yang lain. Aku nyaman dengan mereka semua dan mereka semua juga menerimaku apa adanya. Tapi, untuk membagi hal-hal tertentu bukankah kita cenderung melakukannya pada orang-orang yang paling kita percaya dan yang paling nyaman?

Aku tidak pernah menceritakan beberapa hal mengenai diriku dan mengenai apa yang membuatku terkadang galau berlarut-larut dengan sembarang orang. Bagiku tidak semua orang harus tahu. Tapi, ketika aku sudah nyaman dan percaya dengan seseorang aku akan membicarakan banyak hal yang ingin kubicarakan dan kuungkapkan.

Kembali ke perkara 'teman' tadi. Sejauh ini, mereka adalah teman-teman yang baik. Aku tidak bisa membaca bagaimana perasaan setiap orang dan penilaian mereka terhadapku yang sebenarnya. Aku tidak tahu bagaimana mereka selama ini menerimaku atau bagaimana perasaan mereka ketika berteman denganku. Bagiku, sejauh mereka bersikap baik padaku dan memberikan pengaruh positif aku akan menerima mereka. Lagipula untuk apa kita berteman dengan seseorang yang hanya memberikan pengaruh negatif kepada diri sendiri? Tidak baik untuk moral sendiri, bukan?

Aku cukup sering tahu bagaimana dalam satu kelompok yang terlihat begitu dekat, menyebut diri mereka sendiri adalah teman bagi yang lain, tetapi kemudian pertemanan mereka goyah hanya karena masalah sepele atau karena suatu hal yang menurutku cukup kekanakan. Aku juga cukup sering melihat seseorang yang mendaulat dirinya sebagai teman dari orang lain tetapi rupanya ia berteman hanya untuk memanfaatkan orang lain itu. Aku juga sering mendengar ada seseorang yang membicarakan keburukan temannya di belakang temannya sendiri. Aku juga cukup sering tahu ada seseorang yang meninggalkan teman lamanya hanya karena lebih nyaman atau lebih beruntung jika berteman dengan orang baru.

Hal-hal seperti itu sering terjadi di lingkungan sosial kita. Dan terkadang kita bisa melihatanya sendiri secara jelas. Sementara orang yang dirugikan oleh seseorang yang mengatakan pada orang tersebut bahwa ia temannya, tidak merasa terugikan sama sekali.

Aku juga pernah bertemu seseorang yang mau-maunya saja bertahan untuk dimanfaatkan hanya karena takut kehilangan seseorang sebagai temannya.

Padahal orang-orang semacam itu tidak bisa disebut teman. Mereka bukan golongan orang-orang yang bisa kalian akrabi, bukan golongan orang-orang yang menjadi tempat kalian berkeluh kesah, bukan pula golongan orang-orang yang menerima kebaikanmu secara berlebihan. Mereka hanyalah seseorang yang kehadirannya cukup kau sadari dan seseorang yang sebaiknya cukup kau kenal saja. Tapi untuk menjadi teman? Menurutku, seorang teman bukanlah orang yang mau memanfaatkan orang lain demi kepentingannya apalagi sampai membicarakan keburukanmu di belakangmu.

Aku sudah beberapa kali mengatakan rasa syukur karena telah dipertemukan dengan orang-orang yang tulus menerimaku. Orang-orang yang layak kusebut sebagai teman. Aku pernah berteman dengan seseorang yang ternyata hanya memanfaatkanku saja, dengan seseorang yang memusuhiku hanya karena hal sepele, atau dengan seseorang yang membicarakan keburukanku di belakangku. Aku mengambil pelajaran dari itu semua. Dan hal tersebut membuatku cukup selektif dalam memilih manakah orang yang bisa kupercayai dan kusebut teman dan manakah yang tidak.

Well, kurasa itulah catatanku mengenai teman. Lain kali aku ingin membahas beberapa hal mengenai semua temanku di kelas dimana aku menghabiskan waktu hampir tiga tahun bersama mereka. Apa saja kelakukan gila, pengalaman menyenangkan, perilaku aneh orang-orang yang memang freak, atau hal-hal lainnya.

Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca catatanku ini. Akan kuusahakan untuk membuat catatan baru tanpa jeda yang cukup lama.

I love you all!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar