Selasa, 02 Agustus 2016

Paradoks



Aku sedang membaca sebuah novel ketika tiba-tiba pikiranku beranjak ke seseorang yang sangat aku kenal. Setelah menghabiskan waktu beberapa menit memikirkan orang tersebut aku memutuskan untuk merinci apa saja yang akan aku tuliskan tentangnya di sini. Bukan hanya semata-mata aku ingin menulis, tetapi aku merasa orang ini ingin dimengerti oleh orang lain secara keseluruhan. Baik dari pola pikirnya dan perbuatannya.


Oleh sebab itu sekarang aku sedang berada di kamarku, seperti biasa ditemani dengan beberapa playlist lagu dan suasana yang mendukung untuk mulai menulis. Cuaca sedang begitu dingin dan aroma basah mengantarkan sisa-sisa hujan sejak tadi pagi. Adik laki-lakiku sedang berada di sampingku sekarang. Sama bosannya denganku, hanya saja ia praktis tidak tahu akan melakukan apa selain mendengarkan musik dari ponsel barunya dan memainkan pistol-pistolan milik adik sepupuku dengan kedua tangannya.


Aku sudah mencatat apa-apa saja yang ingin kutuliskan tentang seseorang ini dalam ingatanku secara acak. Jadi, untuk mempersingkat tulisan aku akan memulai dari perkenalan.


Aku sudah mengenal orang ini begitu baik. Sebaik aku mengenal diriku sendiri. Barangkali karena aku telah mengenalnya selama hampir seumur hidupku. Dan seperti yang telah kujelaskan tadi, ada banyak hal yang sebenarnya ingin disampaikan olehnya namun tak ada sesuatu yang menghalangi keinginannya itu. Kini, aku yang akan memberikan kesempatan ini untuknya.


Dia ingin dimengerti. Atau mungkin sebenarnya banyak orang yang sudah mengerti tentangnya. Namun karena ia tipikal orang yang kerap kali memikirkan hal-hal yang remeh, ia selalu menebak-nebak bagaimana cara orang lain mengerti dirinya. Misalnya, seperti apa dirinya di mata orang lain? Seperti apa orang lain memandang caranya berpikir dan bertindak?


Jika aku memosisikan diriku sebagai orang lain itu, aku akan melihatnya sebagai sosok yang misterius sekaligus bersahaja dan memiliki sebuah karisma. Aku tahu betul bagaimana orang lain terkadang bisa begitu mengambil jarak dengannya hanya karena rasa sungkan. Padahal dia tak melakukan sesuatu yang memunculkan rasa sungkan pada orang lain. Meski orang lain melihatnya sebagai orang yang ceria, bersemangat, dan hangat karena ia mudah sekali mengumbar senyum, tawa, dan berupaya untuk menjadi ramah, terkadang ia juga menjadi sosok yang penuh misteri dilihat dari bagaimana ketika ia diam untuk berpikir dan menilai sesuatu. Di sisi lain, ia bisa menjadi seseorang yang tegas dan keras kepala jika memiliki suatu pendapat ataupun keinginan. Bagiku, ini seperti semacam paradoks. Mungkin hal-hal semacam inilah yang membuat orang lain seolah kesulitan untuk menebak isi hatinya yang, menurutku, memang terkadang mudah berubah.



Aku paham bagaimana sulitnya memahami seseorang seperti dia. Dan ternyata ia juga mempertimbangkan kesulitan tersebut. Sejauh yang kutahu, ia menikmati kemisteriusan dan karisma yang terpancar dari dalam dirinya. Oleh karena itu terkadang ia tak ambil pusing ketika berinteraksi dengan orang lain, meski terkadang ia juga—seperti yang kusebutkan baru saja—mencemaskan hal-hal remeh seperti bagaimana orang lain memandang dirinya. Ia mencemaskan jika orang lain ternyata memandangnya sebagai sosok yang tidak menyenangkan karena sikap misteriusnya yang memberikan kesan berjarak dan keinginannya untuk ‘dilihat’ orang lain secara detil.


Untuk dekat dengannya memang susah. Maksudku, dekat dalam artian sebagai orang yang dipercaya. Dimana dia bisa berbagi suka duka maupun pengalaman apapun kepada orang tersebut. Ia tak membuka hati semudah itu karena ia terbiasa berhati-hati dan menimbang-nimbang segalanya. Apakah orang ini layak dipercaya? Apakah ia nyaman jika bersama orang tersebut? Ia menimbang-nimbangnya. Lagi-lagi ini merupakan paradoks mengingat ia begitu ingin ‘dilihat’ orang lain secara detil.


Berbicara mengenai ‘dilihat orang lain secara detil’, maksudku adalah ia memiliki keinginan untuk dikenal oleh banyak orang. Bukan lagi seputar bagaimana pola pikirnya. Tapi tentang siapa dirinya dan apa yang telah ia capai. Kurasa karena ia memiliki visi yang begitu jelas dan panjang sekaligus seseorang yang memiliki cita-cita yang tinggi. Kerap kurasakan ia selalu ingin menonjolkan sesuatu dari dalam dirinya. Aku merasa hal itu memang tidak baik. Dan rupanya ia memahami itu karena setelah ia melakukan sesuatu yang bermaksud untuk menonjolkan sesuatu dari dalam dirinya tersebut—meski tak dilakukannya secara terang-terangan--ia kerap memikirkan pandangan orang lain terhadap apa yang telah ia lakukan tersebut. Apakah orang lain telah secara jelas menangkap maksudnya untuk ‘pamer’? Ataukah sebaliknya, orang lain merasa memakluminya karena melihat apa yang telah ia lakukan adalah hal yang wajar dan tidak terlalu terus terang.


Selain itu, dia adalah orang yang paham apa yang ingin dia lakukan dan apa yang tidak. Sepanjang yang kutahu, ketika ia memiliki sesuatu untuk dilakukan dan sepanjang ia merasa hal tersebut pantas dilakukan, ia akan melakukannya dengan segera dan tanpa beban. Tetapi ketika ia tidak ingin melakukan sesuatu dan merasa bahwa tidak perlu melakukannya ia jelas tidak akan bergerak. Ia sangat tegas dalam hal tidak melanggar aturan dan paham betul apa yang ingin dia lakukan dan apa yang tidak. Kurasa ini berhubungan dengan sifat keras kepalanya dan sedikit egois. Tetapi memiliki tekad adalah poin plus miliknya.


Meski terkadang ia memiliki keragu-raguan yang besar akan masa depannya sendiri, tapi ia selalu percaya bahwa apapun yang dia cita-citakan akan tercapai. Ia memiliki keyakinan yang kuat bahwa impiannya akan tercapai entah bagaimana cara Tuhan membuat pola nasibnya di masa depan. Ia percaya bahwa apa yang ditakdirkan Tuhan untuknya adalah takdir yang indah dan yang paling ia butuhkan.


Dalam menghadapi masalah, ia cenderung kalut di awal. Tetapi kemudian dia akan menenangkan dirinya dan memilah-milah jalan keluar sekaligus memikirkan dampak ke depannya. Untuk selanjutnya, ia akan mengambil sebuah keputusan yang tegas. Bukan hanya karena ia tipikal seseorang yang tidak menyukai konflik maupun masalah apapun, tetapi karena ia tak menyukai ketidakjelasan. Baginya, segala sesuatu harus direncanakan dengan matang ditata baik-baik. Begitu pula dengan jalan keluar suatu masalah. Selain harus dipikirkan matang-matang juga harus secara tegas diambil untuk mencegah masalah tersebut berlarut-larut.


Menurutku, yang paling menarik darinya adalah kepekaan hatinya dan ketulusan hatinya ketika menyayangi seseorang. Ia mudah sekali tersentuh dan mudah berempati. Kurasa sifat tersebutlah yang membuatnya terkadang merasa lemah. Karena ia cenderung tidak menyukai konflik, ia biasanya membuat sebuah keadaan dimana dia ingin selalu merangkul banyak orang dan menjadi sosok yang menenangkan. Ia tipikal orang yang akan kalian temui berada di sudut jalan termenung memandangi seorang pedagang kaki lima tua renta dengan perasaan iba menggelayuti hatinya. Mungkin, ia tak akan turun langsung membantu pedagang tersebut. Tetapi baginya melakukan kebaikan secara diam-diam tanpa diketahui orang lain adalah hal yang paling ingin dilakukannya. Itu sebabnya meski ia merasa begitu kasihan dengan pedagang tersebut ia tak akan tergerak langsung untuk menolongnya. Ia tidak ingin orang lain melihat aksinya karena itu akan mengganggunya. Sekalipun ia pernah melakukan aksi kemanusiaan di pinggir jalan di mana ada banyak orang, ia melakukannya dengan cepat-cepat. Seperti ketika ia pernah memberikan makanan kepada dua orang pengemis. Ia meletakkan makanannya begitu saja sambil mengatakan, “Ini untuk bapak,” kemudian buru-buru pergi dengan kepala tertunduk. Ia tak ingin orang lain melihatnya.


Selain kepekaan hati terhadap orang lain, ia juga termasuk orang yang begitu tulus menyayangi. Aku pernah melihatnya begitu menyayangi seseorang. Ia menerima semua kekurangan orang tersebut, dan meski aku melihatnya sendiri ia beberapa kali ia dikecewakan, ia masih tetap menyayangi orang tersebut. Dan ketika hubungannya dengan orang tersebut tak bisa dijalankan lebih jauh lagi, aku dengan jelas melihat betapa ia tersiksa. Ia adalah sosok yang menyayangi seseorang dengan begitu tulus dan dalam. Kurasa karena kedalam rasa sayangnya itulah yang membuatnya terluka begitu parah.


Aku memahami bagaimana ia bisa begiu menyayangi seseorang. Sebenarnya, seperti yang pernah kukatakan, ia tidak pernah membuka pintu hatinya begitu saja untuk orang lain. Karena ia perlu melakukan beberapa seleksi kriteria untuk orang tersebut mendapat tempat di hatinya. Dan karena ketika ia memberikan tempat tersebut pada seseorang yang terpilih, akan susah baginya untuk mengganti orang tersebut dengan orang lain di tempat yang sama. Aku menyebutnya sebagai sosok yang tidak mudah jatuh cinta karena sekali ia jatuh cinta maka tidak akan mudah pula baginya untuk melepaskan.


Aku berharap ia tak akan lagi salah menempatkan seseorang di hatinya. Aku tidak bisa berpikir akan sesakit apa lagikah dia ketika ia salah dalam menempatkan seseorang. Kali ini semoga ia bisa menemukan seseorang yang pantas, yang layak untuk segala ketulusan dan kasih sayangnya. Untuknya, aku meyakini satu hal bahwa ia akan bertemu dengan seseorang yang akan membuat hidupnya jauh lebih bahagia.


Ini adalah paragraf terakhirku di catatan ini. Rasanya lega bisa menulisan sesuatu yang tak pernah sempat ia tuliskan. Aku merasa menjadi seseorang yang mewakilinya. Semoga ia senantiasa bahagia dan menjadi seseorang yang lebih baik. Dan semoga apapun yang ia cita-citakan bisa tercapai. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar