Pernah merasa seolah kau punya dunia sendiri? Dimana hanya ada kamu dan duniamu sendiri yang mampu mengerti kamu. Merasa terasing hanya ketika berada di suatu tempat dan bertemu orang-orang baru. Tidak pernah memahami apa yang sedang dibicarakan orang lain hanya karena kebetulan mereka tidak sedang membicarakan sesuatu yang mungkin tidak menarik bagimu atau tidak bisa kamu pahami.
Pernah merasa dirimu berbeda? Hanya karena mungkin kamu tidak bisa mengerti apa yang orang lain pikirkan, dan kamu tahu mereka pun juga tidak akan pernah bisa memahami apa yang kamu pikirkan. Perasaan yang seperti terasing hanya karena kamu tidak bisa menjadi seperti mereka atau setidaknya menjadi bagian dari mereka. Perasaan-perasaan semacam itu.
Kamu lebih banyak diam. Karena mungkin apa yang kamu ingin bicarakan tidak akan disambut orang lain dengan antusias, atau karena kamu tidak tahu apa yang harus kamu katakan hanya untuk bisa menjadi bagian dari mereka. Kamu senang untuk menghabiskan waktu dengan dirimu sendiri karena kamu tidak perlu mencemaskan apa yang mungkin orang lain akan pikirkan tentangmu. Dan kamu bisa bebas menjadi apapun yang kamu inginkan. Menjadi unicorn misalnya? Alien? Atau apapun hal konyol tentang dirimu yang tak pernah kamu tunjukan pada orang lain karena mungkin mereka tidak mau menerima dirimu yang apa adanya itu. Atau kamu memilih diam karena cemas orang lain akan merasa terganggu dengan dirimu yang sesungguhnya. The originally you.
Sering merasa tidak dilibatkan dalam pembicaraan karena mereka tahu kamu mungkin tidak berada pada porsi atau posisi untuk tahu, sedangkan kamu di situ, di tengah-tengah pembicaraan itu. Well, kamu diam karena memang tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, kemudian kamu pun memilih untuk melipir pergi. Kembali lagi ke dunia mu sendiri.
Tidak pernah bercerita banyak pada orang lain, kecuali satu--hanya SATU--yang paling tahu semua rahasiamu, yang kamu anggap sebagai belahan dari dirimu sendiri. Entah itu teman atau orang tuamu sendiri, meski ironisnya, posisi sebagai belahan dari dirimu sendiri cenderung ada pada diri teman dibandingkan orang tuamu.
Kamu diam karena orang lain mungkin sering salah memahamimu. Orang lain mengira kamu diam karena marah, padahal sebenarnya you just want to observe and keep your voice untuk menghindari kesalahpahaman dari orang lain ketika mengungkapkan apa yang sedang kamu rasakan. Tetapi sekalipun kamu diam, orang lain pun tetap salah memahamimu.
Orang lain mencoba menebak-nebak tentangmu, dan ketika mereka menebak mereka bertindak seolah mereka TAHU kamu. Mereka MEMAHAMIMU. Padahal sejatinya tidak. Tebakan mereka salah dan mereka belum cukup memahami atau setidaknya MENGENALMU. Itulah kenapa kamu memilih diam. Sekali lagi, mungkin karena sekalipun kamu berbicara ataupun diam, itu tidak pernah cukup membuat orang lain memahamimu.
Jangankan berbicara. Melalui tulisan pun, mungkin mereka juga akan salah memahamimu.
Kemudian suatu hari, ada keinginan dari dalam dirimu untuk mencoba keluar dari sangkarmu sendiri. Mencoba membaur dengan mereka--meskipun cukup sulit bagimu--tapi pada akhirnya kamu menjadi bagian dari diri mereka (hooray!) meski tidak pernah terlibat dalam percakapan apapun.
Kamu mencoba membaur dengan memasangkan telinga, karena kamu tahu jika bicara tak pernah bisa membuatmu menjadi bagian dari diri mereka, setidaknya kamu bisa mendengarkan segala keluh kesah mereka dan membuat mereka merasa kamu akan selalu ada untuk mereka, and that's enough for you.
Aku mengalaminya di tahun-tahun terakhir. Dimana aku tidak pernah merasa dekat dengan teman sekelasku sendiri, aku selalu menarik diri dari mereka hanya karena aku dan mereka tidak pernah sepaham seiya sekata. Kemudian ketika aku menjadi mahasiswa, memiliki teman-teman baru, aku mencoba untuk membuka diriku. Awalnya hanya sedikit, kemudian kubuka semakin lebar. Hasilnya adalah, sekalipun aku tak pernah terlibat pembicaraan dengan mereka aku masih menjadi bagian dari mereka, dari guyonan mereka, hanya dengan memasang telinga.
Aku memutuskan untuk menguji sejauh mana aku bisa keluar dari sangkarku dengan memperluas my social circle. Aku bergabung dalam suatu komunitas yang sesuai dengan hobiku, dan sekalipun aku tak pernah paham apa yang mereka bicarakan (karena jujur saja aku baru pertama kali tergabung dalam suatu organisasi, sedangkan yang lain sudah lebih dulu memiliki banyak pengalaman dalam organisasi), setidaknya aku punya wadah untuk menyalurkan hobiku. And, once again, that's enough for me.
I know, sebagian dari kalian mungkin akan berpikiran bahwa aku tidak seharusnya seperti ini. Aku harus mengikuti lebih banyak organisasi untuk lebih memperluas lingkarang sosial, aku harus terlibat dalam lebih banyak kegiatan, aku harus banyak bergerak/jumpalitan/berlarian ke sana ke mari untuk bertemu banyak orang. But, let me tell you something, saran-saran semacam itu memang baik sekali untukku hanya saja aku memiliki caraku sendiri dan aku yang paling tahu seberapa keras aku perlu mencoba dan seberapa jauh aku akan berlari nantinya.
Well, mungkin tulisan ini cenderung menjadi semacam curhat. But for all of you readers, siapapun yang mungkin sedang membaca ini dan merasa ada di posisi yang sama, you know you are not alone. You have your own world? That's normal. Berusaha untuk membuka diri pada dunia baru pun tidak pernah mudah, tetapi tidak ada salahnya mencoba. Tidak ada yang salah untuk hanya memiliki satu atau dua orang teman karena kamu selektif, dan karena memang tidak semua orang harus dan akan mengenal serta memahamimu sebaik temanmu itu :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar