Senin, 19 Desember 2016

Resolusi 2017: Menjadi Peri untuk Anak-anak di Daerah Konflik



Sebuah lagu mengalun perlahan di kedua telingaku. Semula aku tak yakin akan menulis lagi setelah vakum beberapa lama. Rasa bosan yang terlalu lama mengendap memang benar-benar menyebalkantapi bagiku, hal tersebut sekaligus memberikan warna baru pada zona nyaman yang maish belum mampu kutinggalkan sepenuhnya.

Jam tidur yang ideal seharusnya sudah lewat sejak hampir satu jam yang lalu. Tetapi, malam yang sepihanya ditemani suara kipas angin, musik, dan dinding kamar dengan coretan-coretan lama seputar negara mana saja yang ingin kukunjungiadalah waktu yang ideal untuk menulis.

Suasana yang tepat untuk menulis bagiku bukanlah di sebuah meja dengan secangkir kopi atau cokelat hangat. Tetapi di atas tempat tidurku sendiri, bersandar, dan dengan beberapa daftar lagu lama yang diputar secara acak. Lagu-lagu lama itu tak jarang memberiku sensasi yang berbeda ketika menulis. Tergantung jenis musik apa yang sedang kudengarkan.

Well, kurasa tiga paragraf pembuka di atas sudah cukup. Aku tidak akan menambahkan beberapa alasan klise seputar mengapa aku baru menulis lagi di sini setelah lewat dua bulan sejak terakhir kali aku memposting catatanku.

Tapi memang dua bulan belakangan ini banyak hal yang terjadi. Mulai dari tugas-tugas kuliah yang mulai rampung satu per satu, terkapar tidak berdaya karena sakit di tengah-tengah deadline dan menjelang ujian akhir semester, bercanda dan membicarakan hal yang biasa dengan teman yang menurutku itu-itu saja, sesekali pulang ke kampung halaman, terkadang dibuat kesal dengan beberapa hal yang terjadi sepanjang masa akhir perkuliahan semester ini, dan yang paling penting aku baru saja menyambut sepupu baru.

Kemudian tahu-tahu sekarang sudah berada di ujung 2016. Bulan Desember akan habis dalam hitungan hari dan aku bahkan sudah lupa resolusi apa yang kucanangkan setahun lalu tetapi sepertinya hanya terealisasi sepertiganya saja.

Bicara mengenai ujung tahun 2016, jika kurenungkan sekali lagi, ada begitu banyak hal yang sudah kulewati. Barangkali tidak akan muat kutuliskan satu per satu di halaman ini. Bukan karena aku gampang melupakan hal yang remeh-temeh ataupun pelupa, hanya saja aku merasa kejadian yang sudah berlangsung tahun ini kurang lebih sama lah dengan tahun sebelumnya. Mungkin hanya ada beberapa perbedaan sedikit yang menurutku tidak banyak membantuku berubah begitu jauh.

Berubah menjadi pribadi yang lebih baik memang benar-benar membutuhkan niat yang tak hanya seujung kuku.

Banyak hal yang kupikirkan malam ini mengenai apa saja yang telah kulakukan setahun ini. Kemajuan besar apakah yang sudah kulakukan. Kesalahan-kesalahan apakah yang sudah kuperbaiki.

Lupakan sejenak resolusi tahun 2017. Mari kita lakukan evaluasi terhadap apa yang telah terjadi selama satu tahun terakhir ini.

Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, tidak banyak yang berubah di tahun ini. Aku, ya, tetap menjadi seseorang yang selalu ingin keluar dari zona nyaman tapi masih saja terjebak dengan rutinitas-rutinitas yang sama. Seperti berjalan di atas treadmill. Kakiku melangkah tetapi … aku masih di situ-situ saja.

Aku tetap orang yang sama yang selalu ingin melihat dunia luar tanpa terhalang layar kaca dan koneksi internet dari wifi gratis. Tapi, barangkali memang bukan di tahun ini rezekiku untuk pergi ke tempat baru akan terlaksana.

Aku juga tetap menjadi seseorang biasa yang terkadang sibuk dengan pemikiranku sendiri, merajut kisah-kisah di dalam kepalaku tanpa kutuangkan dalam sebuah catatan, membuka draft-draft lama dan mengerutkan kening ketika aku membaca tulisanku sendiri sambil membatin ‘mengapa aku menulis seperti ini?’, mengkhayalkan tokoh fikisku sendiri yang kutulis dalam sebuah cerita, dan mengomentari film-film yang kutonton sendiri untuk kemudian mengatai sutradaranya yang menurutku tak becus hanya karena akhir ceritanya tak sesuai dengan harapanku.

Dan aku masih sama saja dengan pribadi setahun lalu yang mulai bosan dengan daftar lagu di ponselku sendiri tapi enggan menghapusnya dan menggantinya dengan lagu-lagu populer yang baru. Mengganti lagu-lagu lamaku semata-mata hanya akan membuatku lebih ingin mendengarkannya lagi dan lagi.

Sebentar. Aku perlu menghela napas karena aku sedang tidak mengerti dengan apa yang kutulis ini.

Oke. Jadi begini. Intinya, tidak banyak hal-hal yang mengejutkan yang kualami di tahun ini meski kuakui aku memang kadang pelupa jadi barangkali hal-hal yang mengejutkan itu memang ada tetapi aku tanpa sengaja melupakannya. Atau mungkin sebenarnya beberapa hal yang kulalui di tahun ini tidak monoton-monoton amat dan aku sedang berada di suasana yang sedang tertekan makanya aku merasa tidak ada yang istimewa di tahun ini, padahal sebenarnya ada?

Sepertinya aku perlu beberapa saat memikirkan hal-hal apakah yang kulupakan itu?


Oh, aku tahu!!

Kuliah Kerja Lapangan di Candi Kidal bersama teman-teman sekelas. Kurasa itu hal yang paling menarik yang kulalui di tahun ini.

Baiklah. Aku akan mulai menuliskannya di sini secara singkat dan jelas.

KKL itu dimulai ketika semester lalu aku mendapat matakuliah yang … yang dosennya sendiri mengatakan bahwa matakuliah ini adalah matakuliah yang susah dan paling ditakuti mahasiswa. Awal yang cukup mengesankan bagi mahasiswa yang baru memulai pertemuan kuliah pertama setelah Lobus Temporalsalah satu bagian otak yang paling bekerja keras ketika pemiliknya dijejali berbagai tugas kuliah dan dikejar deadlinediistirahatkan selama kurang lebih tiga bulan lamanya. Kurang lebih kesan pertama mengenai matakuliah ini adalah jika tidak sungguh-sungguh dan tekun jangan harap akan lulus!

Setelah beberapa kelompok dari matakuliah ini membahas tema makalahnya sendiri-sendiri, agak sedikit kena bantai dosen, revisi sana-sini, pontang-panting mencari buku sumber, dan mata juling karena mengedit peta, KKL dimulai. Bagiku cukup menyenangkan karena setidaknya meski KKL itu dibayang-bayangi laporan berupa analisis (yang meskipun hanya dua lembar) sebagai tugas akhir, kami masih bisa menyebutnya sebagai ‘jalan-jalan terselubung’. Dan memang itulah yang kami lakukan.

Tapi lebih dari itu, aku benar-benar menikmatinya. Karena kegiatan turun ke lapangan, belajar di luar semacam KKL, dan matakuliah yang horror tapi menantang ini bahkan sudah kuimpikan sejak di bangku SD. Kecuali memang secara pribadi tagihan laporan sebagai tugas akhir, yang meskipun hanya dua lembar itu, tidak pernah kuimpikan sejak jauh-jauh hari.

Kurasa, kegiatan turun ke lapangan, mengukur situs, mendengar kisah-kisah sejarah, masuk halaman rumah orang lain, dan diserang lintah semacam itulah yang memberikan kesan positif padaku di tahun ini.

KKL itu berakhir dengan banyak kesan dan kenangan. Begitu pula semester 5 yang baru saja kulewati. Besar harapanku bahwa tahun ini akan berakhir demikian pula.

Meskipun aku belum juga melaksanakan secara maksimal resolusi yang aku sendiri lupa resolusiku di awal tahun ini kemarin apa, banyak hal yang bisa kusyukuri. Walapun menurutku tahun 2016 terlewati dengan begitu-begitu saja, ada sedikit konflik di sana-sini, dan resolusi yang berantakan setidaknya aku bersyukur bahwa sepanjang 2016 ini aku masih bersama dengan orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku: orang tuaku, saudara-saudaraku, teman-temanku, dan barangkali orang lain di luar sana yang mengenalku meski aku sendiri tak kenal dengan mereka (Apa maksudku?).

Tapi, yah … aku memang tidak bisa menyebutkan bahwa 2016-ku 100% monoton. Tidak bisa begitu. Aku yakin setidaknya dari sekian banyak hal yang bisa kusyukuri, ke depannya hal tersebut akan bertambah lagi dan lagi.

Menjelang ahir tahun ini dan akhir catatan ini mari kita menyusun resolusi untuk tahun 2017.

Tunggu dulu biar kupikir resolusi apa yang ingin kurealisasikan untuk tahun 2017?


Aku butuh resolusi yang tidak standar-standar saja. Yang orang lain mungkin belum terpikirkan dan akan memberi kesan mendebarkan jika orang lain tahu apa resolusiku.

Resolusiku adalah … menjadi peri yang menaiki kuda poni dan menyebarkan kebahagiaan ke anak-anak di wilayah konflik dan negeriku sendiri.