Apakah yang paling dihindari seorang introvert di dunia ini? Berinteraksi dengan orang lainkah? Mengunjungi tempat-tempat barukah? Atau keluar dari persembunyiannya--tempat yang selalu membuatnya nyaman?
Tidak. Seorang introvert bukanlah anti-sosial. Mereka bukan orang-orang yang malu berinteraksi dengan orang lain. Mereka juga bukan orang yang takut memulai pembicaraan. Mereka hanyalah para pengamat yang mengamati kalian, orang lain yang gemar sekali berkumpul dan membicarakan banyak hal. Tapi, seorang introvert bukanlah orang yang tidak suka berkumpul dan membicarakan banyak hal. Mereka hanya menjalin pembicaraan dan berkumpul dengan orang-orang yang sudah dikenalnya melalui pengamatan sejak beberapa lama sebelumnya.
Ya, aku memang seperti itu. Aku adalah sosok yang bisa kalian lihat ada dalam kelompok tapi juga tidak menjadi bagian dari kelompok itu. Bukan karena orang lain tidak memedulikanku atau aku menarik diri dari mereka. Tapi aku cenderung sering mendengarkan dan memahami pembicaraan mereka dalam diam. Aku berpikir. Aku mengamati. Aku memahami. Kemudian aku akan berbicara ketika aku memang sedang ingin berbicara.
Seperti itulah pribadi seorang introvert. Mereka, bahkan aku diam bukan karena kami menjaga jarak. Tapi karena kami lebih nyaman mengamati dan mendengar orang lain. Kalian bisa bercerita apapun padaku dan aku akan senang hati mendengarkan.
Butuh waktu sedikit agak lama bagi seorang introvert untuk membentuk pertemanan karena mereka hanya memiliki satu saja seseorang yang mereka percayai sebagai sahabat. Sosok di mana seorang introvert kerap menceritakan banyak hal apapun yang ia rasakan. Dan ketika sosok tersebut menghilang, bisa ditebak bagaimana rasanya ada satu hal yang hilang dalam di seorang introvert. Mereka seolah kehilangan telinga yang sering menjadi tempatnya bercerita.
Seorang introvert tidak mudah memercayai siapapun, tapi bukan berarti mereka tidak bisa berteman dengan siapapun. Mereka bisa, tetapi butuh waktu untuk membuat diri mereka nyaman.
Dalam tulisan ini aku tidak sedang menceritakan diriku sendiri saja. Tulisan-tulisan di atas hanyalah intermezo. Sekarang mari kita masuk ke catatan yang sebenarnya:
Sebagai seorang introvert, yang cenderung menghindari perkumpulan dan lebih sering berada di luar komunitas sebagai pengamat individu, aku sedang menantang diriku sendiri. Barangkali ini adalah salah satu cara di mana aku perlu keluar dari zona nyamanku. Ya, selama ini aku nyaman dengan kesibukan dan hobiku sendiri. Membatasi diriku hanya untuk diriku dan orang-orang yang sama saja. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk mengambil langkah baru. Aku mendorong diriku sendiri untuk masuk dalam sebuah komunitas dengan berjuta-juta keraguan yang mengiri langkahku.
Memang benar aku ragu apakah aku bisa menjadi bagian dari komunitas yang kuikuti secara penuh. Aku ragu apakah aku bisa tekun beraktivitas di dalamnya. Karena komunitas ini memiliki banyak anggota di mana aku besok secara resmi didaulat sebagai anggota tetap.
Komunitas ini adalah komunitas kepenulisan. Sesuai dengan hobiku. Sesuai dengan pasion-ku. Sesuai dengan salah satu cita-citaku: seorang penulis yang sukses. Selain karena aku ingin menantang diriku sendiri dengan keluar dari zona nyaman yang ternyata membuatku bosan, aku juga butuh setidaknya sedikit kegiatan untuk membuat kisahku sebagai seorang mahasiswi menjadi lebih berwarna. Tidak monoton.
Ada banyak hal yang memotivasiku untuk keluar dari zona nyaman. Katakanlah dari teman-temanku yang memiliki banyak kegiatan. Aku ingin seperti mereka yang pasti mendapatkan banyak pengalaman. Atau teman-temanku yang berprestasi dalam hal tertentu karena mereka menekuni pasion mereka. Aku pun ingin seperti mereka. Tentunya dengan menekuni pasion-ku dan tidak membatasi diriku untuk berkembang.
Hari kedua aku mengikuti kumpul komunitas ini adalah hari-hari di mana aku seperti biasa memilih untuk menjadi pendengar setia. Duduk di lingkaran mereka dan tertawa bersama tanpa sedikitpun mengeluarkan guyonan atau pendapat seperti yang lainnya lakukan. Sebenarnya aku berada di dalam komunitas yang memiliki anggota-anggota yang menyenangkan, ramah, dan terbuka. Tapi seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya aku tidak begitu mudah menjalin pertemanan. Meski begitu ada harapan dariku aku bisa berteman baik dengan mereka semua.
Pada akhir pertemuan kedua hari ini, salah seorang kawan yang bertindak sebagai penanggungjawab komunitas mengatakan, "Ayo, Wara. Bergabung saja dengan kami. Jangan galau terus." Aku menyalaminya sambil tertawa dan mengatakan, "Tidak, Mas. Aku tidak sedang galau." Kenyataannya memang karena aku tidak galau. Rupanya orang lain melihat aksi diam dan mendengarkanku adalah karena aku sedang galau. Padahal tidak juga.
Esok adalah hari pertama diklat yang diselenggarakan komunitas kepenulisan yang kuikuti. Kegiatannya hanyalah mendengarkan materi dan membuat karya. Pada hari kedua, kami akan turun ke masyarakat dan mencoba bersosialisasi dengan salah satu dari masyarakat itu untuk menggali kehidupannya. Ini adalah tantangan terbesarku.
Berinteraksi dengan orang asing sampai harus meng-kepo-i kehidupan mereka adalah hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Meski aku tahu bagaimanapun juga aku perlu berinteraksi dengan masyarakat dan mencoba peka pada kejadian-kejadian sosial di sekitar mereka. Aku pun meyakinkan diriku sendiri bahwa aku pasti bisa. Motivasiku adalah karena aku ingin suatu saat nanti mengunjungi banyak tempat dan berinteraksi dengan berbagai macam masyarakat dengan budaya yang berbeda-beda, kemudian aku akan menuliskannya di sini. Jadi, kegiatan meng-kepo-i seseorang di hari kedua diklat kuanggap sebagai tantangan besar yang perlu kulewati dengan mulus dan sukses.
Baiklah. Mari kita lihat apakah sebagai seorang introvert aku bisa keluar dari zona nyamanku? Kalian, para pembaca, akan menjadi saksinya. Pantau terus saja blog ini untuk tahu sampai sejauh mana aku berkembang (jika kalian memang ingin tahu).
Akhir kata, terima kasih karena sudah membaca tulisanku ini. Semoga tulisan ini juga akan mendorong kalian untuk berani keluar dari zona nyaman dan lebih berkembang. Ayo, kita keluar dari zona nyaman bersama-sama dan mendobrak pengalaman-pengalaman baru di luar sana. Aku tahu keluar dari zona nyaman bukanlah hal yang mudah dilakukan. Aku juga merasakan bahwa berat sekali rasanya meninggalkan sesuatu yang membuat kita nyaman dan melakukan sesuatu yang awalnya kita tidak sukai. Tapi sebuah paksaan itu perlu. Memang tidak mudah melakukan sesuatu yang tidak kita sukai. Hanya saja aku memercayai satu hal bahwa tidak semua hal yang dipaksakan itu buruk. Terkadang kita memang perlu keras pada diri kita sendiri untuk melihat sejauh apakah kita mampu melangkah, sejauh apakah kita bisa membuat diri kita berkembang ke arah yang lebih baik.
Let's make a new experience to color your life :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar