Tulisan ini dibuat di tengah perkuliahan. Ketika segalanya tidak terasa benar, baik itu di perasaan atau di segala pemikiranku. Ketika saat itu, satu-satunya keinginanku adalah membuat coretan di kertas seperti biasa, tetapi kemudian coretan itu berbuah tulisan. Tulisan ini disusun di tengah hiruk pikuk kelas, di pojok ruangan tempatku duduk untuk memaksa diri menemukan tempat baru mencurahkan segalanya. Dan selalu, menulis selalu menjadi caraku mengguncang segala hal yang meresahkan. Setidaknya, ada perasaan lega setelah aku menggoreskan pena.
Dan, beginilah tulisan itu tersusun dengan beberapa tambahan yang kutuliskan ketika aku memindahkannya di draft blog.
...
Memang ada banyak hal di dunia ini yang mungkin tidak perlu diungkapkan.
Tentang kata-kata yang tidak sempat terucap, dan hanya bertahan di kesempatan-kesempatan semu yang sengaja terlewati. Tentang rasa kecewa, sakit hati, menyukai diam-diam, bahkan perasaan bahagia yang tak sempat dibagi kepada siapapun. Tentang apapun itu, yang barangkali jika harus kubagi dengan orang lain, hanya akan membuatku menemukan perubahan yang mungkin tidak sanggup kuterima.
I am the open book.
Sebuah buku yang selalu terbuka, menunjukkan tiap halamannya pada siapapun yang sudi singgah untuk membaca. Sebuah celah yang menunjukkan segalanya. Sebuah kitab yang terbentang, yang tak pernah menyembunyikan segala hal terkait perasaan.
Bagiku, menyimpan kekaguman, menyembunyikan kekecewaan, dan memendam perasaan bahagia hanya bisa meruntuhkah diriku yang apa adanya. Halaman-halaman buku yang sedari awal ingin kubuka, bisa saja terlepas dari perekatnya, berhamburan tertiup angin, dan berpencar ke segala arah. Hanya menyisakan potongan-potongan kisah dan kalimat yang tidak utuh.
Aku tidak mau menjadi sekedar potongan-potongan kisah. Aku tidak ingin hanya menjadi kalimat-kalimat yang tidak utuh. Aku butuh dunia yang melihatku secara utuh dan apadanya. Itulah kurasa, mengapa aku selalu membentangkan kitabku.
Teruntuk siapapun yang merasa tidak nyaman dengan hal-hal yang kubagi, kutunjukkan, dan kuungkapkan, aku mohon maaf. Aku memang dengan sengaja menunjukkan dan mengungkapkan apapun yang kurasakan. Because I don't like being fake. Namun, aku tahu betul batas-batasnya. Aku paham dengan cara apakah aku harus melakukannya. Hanya saja jika caraku tidak cukup baik untuk menjaga kenyamanan di antara kita, aku minta maaf.
Dan teruntuk siapapun yang telah mengenalku dengan baik, dan menerima bagaimana caraku membagikan banyak hal pada kalian, terima kasih. Aku tahu, di masa sekarang ini barangkali telah sulit untuk menjadi diri kita yang apa adanya, hanya agar untuk diterima oleh mereka di luar sana. Aku juga paham betul, memang sulit sekali menyampaikan apapun yang kita rasakan pada orang lain, karena kita takut jika apapun yang telah kita sampaikan hanya akan mengubah keadaan menjadi lebih sulit dihadapi. Tetapi, sejauh ini aku percaya, orang-orang yang tulus seperti kalian, yang mau menerima banyak hal dan perbedaan dengan begitu terbuka, akan selalu mendapatkan tempat di lingkungan yang jauh lebih baik.
...
Tulisan ini berakhir di sini. Tulisan selanjutnya, dengan hal yang berbeda, akan menyusul di kemudian hari. Sampai jumpa di catatan-catatan selanjutnya :)
PS: Sepertinya tulisan ini agak sedikit berantakan. Drop your comment below, atau mungkin kritik. Thx :)