Selasa, 29 Maret 2016

Cita-cita dan Kesempatan di Luar Zona Nyaman

Halo, para pembaca. Rasanya sudah lama sekali aku tidak menulis di sini lagi. Aku kangen blog-ku ini, akun wattpad-ku yang cerita-cerita bersambungnya masih kudiamkan, dan aku kangen saat-saat dimana aku bisa menulis di buku diary lagi. Aku tahu mungkin ini agak sedikit terlalu melankolis tapi ketahuilah bahwa aku sedang berada di titik yang membuatku begitu urung menulis. Tapi karena aku sudah ada di sini, sayang sekali jika aku tidak melanjutkan tulisanku sampai selesai.

Baiklah kita mulai saja.

Pertama-tama, aku ingin kalian tahu bahwa gaya bahasa yang sedang kugunakan di sini saat ini entah kenapa tidak terlalu asal ketik. Maksudku, mungkin agak sedikit berantakan dengan bahasa yang terlalu 'formal' untuk kutuliskan di blog. Tapi aku sedang berada dalam kondisi memaksakan diri untuk menulis. Ingat kata-kataku di tulisan sebelumnya tentang "Terkadang memaksakan diri sendiri itu perlu untuk melihat sejauh mana kita mampu berkembang"? Yah, kurang lebih itulah yang sedang kulakukan saat ini. Mengembangkan diri.

Hidup di dunia selama kurang lebih 20 tahun sebenarnya tidak membuatku kerap berpikir "Ingin jadi apa aku ke depannya?". Sebenarnya bukan itu yang kerap kupikirkan. Tapi lebih ke "Hal apa yang sudah kulakukan untuk membentuk diriku sebagai sosok yang selama ini kuinginkan?"

Bukan maksudku menjadi orang lain. Aku hanya sedang ingin mengubah diriku menjadi sosok yang lebih baik.

Yap. Aku bukan seorang introvert yang membiarkan rencana masa depan tersimpan terlalu lama dalam angan-angan. Maksudku, aku tahu aku ingin menjadi apa. Aku tahu apa yang ingin kulakukan di masa depanku nanti.

20 tahun hidup sebagai seorang anak, seorang kakak, dan seorang teman, membuatku untuk berani bermimpi setinggi mungkin. Kurasa jika salah satu dari kalian adalah seseorang yang kuberi kesempatan untuk membaca SEMUA catatan-catatanku, baik catatan yang sengaja kuposting atau catatan yang memang untuk kusimpan sendiri, rata-rata semuanya selalu kusisipi sesuatu yang kuharapkan terjadi padaku di masa depan. Rata-rata semua catatanku selalu kusisipi tentang mimpiku.

Bicara mengenai mimpi, aku ingat pendapat B.J. Habibie yang mengatakan bahwa beliau lebih suka menyebut "cita-cita" daripada "mimpi". Dan aku setuju dengan pendapat itu karena menurutku, jika itu hanya mimpi aku akan terbangun dari tidur dan tidak mendapatkan apapun. Karena itu hanya mimpi. Sesuatu yang bisa kudapatkan ketika aku tidur. Tapi jika itu adalah cita-cita, kurasa aku akan memiliki alasan kenapa aku harus segera bangun dari tidur dan memutus mimpi: untuk teringat kembali dengan cita-citaku dan berusaha meraihnya.

Sebenarnya, jika aku bertanya pada diriku sendiri, "Ingin jadi apakah aku di masa depan?" jawabannya ada 2 yang kemudian kubagi menjadi semacam rencana. Aku suka membuat rencana. Salah satunya tentunya rencana tentang masa depan.

Rencana A adalah seorang akademisi yang berkesempatan menjadi seorang ahli yang dibutuhkan banyak orang.

Rencana B adalah menjadi seorang penulis yang sukses.

Kedua rencana itu sebenarnya merupakan satu cita-cita besar yang kumiliki. Aku ingin berkeliling dunia! Jika melihat rencana A, barangkali dengan menjadi seorang akademisi yang memiliki kesempatan melanjutkan pendidikan di Eropa atau mana saja aku bisa memulai perjalananku mengelilingi dunia di tempat aku pertama kali menginjakkan kakiku. Mungkin dari Belanda? Dari Inggris? Dari Finlandia? Atau dari daerah lain di yang sama. Yap. Aku ingin menginjakkan kakiku pertama kali di Eropa.

Dan jika melihat rencana B, barangkali aku bisa menjadi seorang penulis yang sukses yang bisa mengantarku menginjakkan kaki di benua yang ingin kudatangi. Kemudian akan ada kesempatan-kesempatan baru untukku untuk memulai perjalanan mengelilingi dunia. Dan yang lebih penting adalah melalui perjalanan-perjalanan itu aku bisa mengembangkan blog ini menjadi sebuah blog perjalanan. Aku, seorang traveller blogger, tidakkah itu kedengarannya keren?

Sayangnya, aku tidak bisa memikirkan seperti apa kemungkinannya jika aku memang akan memulai perjalanan kelling dunia. Aku percaya dengan rahasia Tuhanku. Dan aku tidak ingin menebak-nebaknya.

Sejujurnya, untuk rencana A aku tidak terlalu berharap banyak. Aku tahu sejauh apa kemampuanku. Bukan karena aku merasa rendah diri dan pesimis (meski aku memang cenderung pesimistis pada beberapa hal). Tapi, aku cukup belajar dari pengalaman untuk tidak berharap berlebihan pada sesuatu yang tidak bisa kuukur dengan kemampuanku sendiri.

Aku cenderung sedang menggiatkan diri untuk menuju ke rencana B. Bagiku, jika rencana A ternyata lebih dulu tercapai itu adalah sebuah bonus yang luar biasa yang akan selalu kusyukuri seumur hidupku. Tapi, rencana B lebih menyita pikiranku akhir-akhir ini.

Sebagai seseorang yang bercita-cita untuk menjadi seorang penulis, blog ini adalah salah satu mediaku mengembangkan passion. Aku suka menulis dan aku ingin menjadi seorang penulis. Apa yang tidak sesuai dengan hal itu?

Ingat tentang catatanku sebelumnya yang berjudul "Seorang Introvert Mencoba Keluar dari Zona Nyaman"? Kuharap kalian bertanya-tanya apakah introvert tersebut sudah berada di luar zona nyaman, apakah ia berhasil mengembangkan dirinya, dan sejauh mana ia berhasil melangkah.

Aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena memang berhubungan dengan ide tulisanku ini. Yah, jika bertanya apakah aku sudah keluar dari zona nyaman bisa dikatakan sudah. Aku sedang membiasakan diri untuk aktif di organisasi kepenulisan yang kuikuti. Meski aku baru mulai aktif beberapa hari ini. Sebelumnya aku sama sekali tidak bergerak untuk mengikuti perkumpulan. Aku mulai aktif ketika jadwal pertemuan yang awalnya di akhir minggu diubah menjadi awal minggu. Di hari Senin. Hari yang cocok karena menurutku hari Senin adalah hari yang pantas untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan padat. Sedangkan akhir minggu aku memang cenderung memilih untuk bersantai dan mengistirahatkan diri.

Apakah aku berhasil mengembangkan diri? Barangkali agak berhasil.

Sejauh apa aku berhasil melangkah? Pertanyaan bagus. Karena aku tidak akan mengulur waktu untuk menuliskan jawaban di sini. Sebuah jawaban bahwa aku ternyata, entah bagaimana, tiba-tiba ditunjuk jadi penanggungjawab tim. Minggu lalu tim-ku mendapat bagian untuk membuat karya sastra. Dan minggu ini mendapat bagian liputan. Selain menjadi penanggungjawab, aku juga sudah mulai terbiasa berkumpul dan mengobrol dengan beberapa teman di dalam organisasi. Kusebut beberapa karena memang tidak semua anggota sering hadir.

Kembali ke cita-cita dan rencana tadi. Aku bersyukur aku bisa keluar dari zona nyaman. Hanya saja aku tidak tahu akan seberapa lama aku mampu bertahan? Apakah aku akan mulai bosan dan mulai mangkir dari pertemuan-pertemuan lagi atau tidak? Aku harap aku bisa bertahan dan tidak akan bosan.

Jujur saja. Aku tidak terlalu memaksakan diri untuk hadir dalam pertemuan organisasi. Aku tidak merasa keberatan ketika, untuk pertama kalinya setelah mangkir beberapa kali, aku berkumpul dengan teman-teman organisasi dan melakukan aktifitas kesastraan. Terakhir kali aku berkumpul, yaitu kemarin, aku juga tidak merasa keberatan. Aku, anehnya, merasa bahwa aku entah mengapa ingin hadir. Sesuatu dalam diriku berkehendak untuk menghadiri pertemuan yang ternyata hanya dihadiri enam orang itu. Dan, sesuatu dalam diriku lagi, baru saja menyebarkan pengumuman untuk mengadakan kumpul tim besok sore. Rasanya aku merasa terheran-heran dengan diriku sendiri.

Masih seputar hobiku menulis. Aku amat bersyukur bahwa, ternyata Tuhan memudahkan jalanku dengan memberiku kesempatan untuk mengembangkan passionku agar bisa dinikmati banyak orang. Kesempatan pertama adalah ketika aku untuk pertama kalinya mengirimkan sebuah cerpen yang kubuat hanya dalam waktu beberapa jam saja untuk kemudian kukirim ke organisasiku sebagai bahan buletin. Setelahnya aku justru diminta untuk membuat cerita bersambung yang itu artinya aku akan menerbitkan karyaku sendiri selama beberapa kali di buletin.

Kesempatan kedua adalah yang paling emas menurutku. Karena seorang dosen menawariku membuat artikel untuk dimuat di jurnal. Aku langsung mengiyakan kesempatan itu. Bagiku, semakin banyak karya yang bisa kutunjukkan ke banyak orang akan semakin bagus. Artikelku juga bisa sebagai salah satu kunci agar rencana A ku benar-benar menjadi bonus. Meski hanyalah kunci kecil.

Aku bersyukur sekali dituntun Tuhan ke beberapa orang yang memberiku kesempatan.

Sepertinya, tulisan ini mulai terlalu panjang. Akan membosankan jika tulisan ini tidak kuakhiri sekarang. Tapi, jangan cemas, para pembaca. Aku akan menulis lagi dan melanjutkan catatan-catatanku di blog ini. Terima kasih karena sudah menyempatkan diri untuk mengunjungi dan membaca catatan-catatan di dalam blog ku. Sampai jumpa di catatan-catatan selanjutnya :)